Puskesmas Tiban Baru Gencarkan Inovasi Gertak TB, Libatkan Masyarakat untuk Percepat Temuan Kasus Tuberkulosis


Batam Pos– Puskesmas Tiban Baru terus berinovasi dalam menanggulangi penyebaran penyakit Tuberkulosis (TB) di wilayah kerjanya. Melalui program Gertak TB atau Gerakan Masyarakat Aktif Kawal Tuberkulosis, puskesmas ini mengajak masyarakat berperan aktif dalam penemuan kasus dan pengawasan penularan TB dengan melibatkan kader-kader terlatih yang disebut Jumantuk atau Juru Pemantau Batuk.
Program ini menjadi bagian dari upaya memperkuat pengendalian penyakit menular, mengingat TB masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia, termasuk di Kota Batam.
“Gertak TB merupakan inovasi Puskesmas Tiban Baru dalam bidang pencegahan dan pengendalian penyakit TB. Kami menyadari bahwa selama ini, menunggu pasien datang ke puskesmas untuk memeriksakan diri tidak cukup efektif, karena masih banyak yang enggan berobat karena malu atau takut akan stigma negatif,” jelas dr. Ayu, dokter penanggung jawab program P2P (Pencegahan dan Pengendalian Penyakit) di Puskesmas Tiban Baru, Minggu (20/7).
Melalui program ini, Puskesmas Tiban Baru merekrut dan melatih kader masyarakat yang bertugas memantau langsung kondisi warga di lingkungan tempat tinggal mereka. Para kader Jumantuk disebar di seluruh wilayah kerja puskesmas, baik di Kelurahan Tiban Baru maupun Tiban Lama.
“Jumantuk inilah yang membantu kami menjangkau masyarakat lebih luas. Mereka lebih dikenal warga, sehingga lebih mudah mengedukasi dan mengajak warga yang mengalami keluhan batuk berkepanjangan untuk memeriksakan diri,” kata dr. Ayu.
Tak hanya membantu identifikasi awal, kader Jumantuk juga dilibatkan dalam pengambilan sampel dahak, pelaporan data awal melalui sistem barcode, dan pendampingan saat proses skrining massal yang dilakukan puskesmas di sekolah, pesantren, dan lingkungan padat penduduk. Mereka juga membantu investigasi kontak, yakni pemeriksaan anggota keluarga serumah dengan pasien TB untuk mencegah penularan lanjutan.
Menurut dr. Ayu, tahun lalu jumlah kasus TB di wilayah kerja Puskesmas Tiban Baru cukup tinggi, namun belum mencapai angka estimasi nasional. Dari total perkiraan kasus, baru sekitar 50–60 persen yang berhasil ditemukan dan tercatat dalam notifikasi kasus.
“Target nasional seharusnya 80 hingga 90 persen kasus bisa ditemukan dan ditangani. Jadi sebenarnya kasus TB di lapangan jauh lebih banyak dari yang tercatat. Karena itu kami memperkuat skrining aktif lewat keterlibatan kader,” paparnya.
Langkah ini penting mengingat TB adalah penyakit menular yang bisa menyebar di lingkungan rumah dan masyarakat jika tidak segera diobati. Dalam skema Gertak TB, jika kader menemukan warga yang mengalami gejala batuk lama, mereka bisa langsung melaporkan ke puskesmas melalui barcode digital, sekaligus membantu pengambilan sampel dahak untuk diperiksa.
“Kalau pasien kesulitan datang ke puskesmas, kader bisa ambil sampel langsung, atau kami yang turun ke rumah warga. Dengan begitu, intervensi bisa lebih cepat,” lanjutnya.
Kepala Puskesmas Tiban Baru, dr Hilda Insyafri, menyampaikan bahwa program Gertak TB ini sudah berjalan sejak 2023 dan saat ini memasuki tahun kedua. Sejauh ini, sebanyak 30 orang kader Jumantuk telah diberdayakan dan tersebar di setiap posyandu, dengan masing-masing dua kader.
“Kegiatan ini menjadi bagian dari kerja tim. Kami turun bersama, dokter, perawat, dan kader semua terlibat langsung di lapangan,” kata dr Hilda saat melaksanakan Kegiatan Kolaborasi dengan TP PKK Tiban Baru dan Klinik Panacea.
Ia juga mengakui masih ada tantangan dalam pelaksanaan di lapangan, terutama karena sebagian masyarakat belum terbuka untuk mengakui atau memeriksakan penyakitnya.
“Banyak yang khawatir dijauhi kalau ketahuan kena TB. Inilah tantangan terbesar kami. Maka edukasi masyarakat menjadi bagian penting dalam program ini,” tambahnya.
Selain skrining TB, Puskesmas Tiban Baru juga menyediakan layanan pemeriksaan penyakit tidak menular (PTM) seperti pengecekan tekanan darah, gula darah, konseling kesehatan dan skrining Jiwa dan Tuberkulosis. Layanan ini diberikan secara menyeluruh dalam kegiatan kunjungan lapangan maupun saat pelaksanaan posyandu.
dr. Ayu menegaskan bahwa deteksi dini merupakan kunci penanggulangan TB. Batuk yang berlangsung lebih dari dua minggu, tubuh yang semakin kurus, dan kelelahan berkepanjangan bisa menjadi gejala TB yang sering diabaikan.
“TB itu bukan aib, dan bukan penyakit kutukan. Bisa disembuhkan asal dideteksi dan diobati sejak dini. Karena itu, masyarakat harus berani periksa dan terbuka. Kami dan kader siap membantu dari awal,” tegasnya.
Dengan keterlibatan masyarakat melalui kader Jumantuk dan pendekatan dari rumah ke rumah, diharapkan angka temuan kasus TB di Batam, khususnya di wilayah Tiban, bisa meningkat dan penularan dapat ditekan secara signifikan. (*)
Reporter: Rengga



